Minggu, 15 Juli 2012

cerpen


Cerpen
By. Saifudin smakgu.
Risau
Semenjak pagi itu kubuka mata kulihat indahnya hari jum’at pagi. Secepat mungkin ingin ku injakan kakiku ke lantai dari tidur pulas ku tadi malam. Ingin rasanya agar dapat segera kuhirup udara pedesaan yang segar dan asri.
Jum’at pukul 10 pagi kujalani kegiatan pertamaku dengan bersepada ria sekitar kampung. Pagi begitu cerah tak seperti biasanya. Dalam hati kecilku berkata apa yang berbeda pada hari ini,Cuaca seolah olah cerah tapi matahari tak tampak karena tertutup awan. Tapi tak ku hiraukan semua itu ku nikmati jum’at pagi ku dengan bahagia.
Menit berganti jam, aku semakin heran dengan perasaanku pagi ini. Aku seperti berada di dalam lautan pasir tak tau arah kemana aku harus pulang, tak tau apa yang harus aku laukukan.
###
“Tuhan, apa yang engkau ingin tunjukan kepadaku, jangan engkau buat aku membuat beribu ribu pertanyaan atas kegelisahanku ini.” Kataku dalam hati.
Oh ya sekarang hari jum’at mungkin dengan sholat jum’at hatiku bisa jauh lebih tenang dari pada hari ini.! Ujarku dalam hati. Segera ku persiapkan baju koko putih,peci serta sarung biru kesanyanganku pemberian ayah.
Segera aku mandi dan mensucikan diriku. Berganti baju yang telah aku persiapkan sebelumnya. Setelah selesai aku memandangi cermin dan bertanya pada diriku sendiri. “ tuhan betapa sempurnanya ciptaanya dengan pakaian seperti ini” sambil tersenyum.
Adzan jum’at telah berkumandang segera aku berangkat ke masjid dekat rumahku. Aku menggambil saff terdepan. Tak seperti biasanya,padahal tiap kali sholat jum’at aku selalu berada dalam ekor masjid. Hari ini begitu aneh, ada yang berubah pada diriku. Apa karena tadi pagi aku lewati kuburan dekat toko h.tukin?  “ah gag mungkin” benakku dalam hati.
Selesainya sholat jum’at aku pulang,seperti biasanya sesampainya di rumah tv kunyalan serta laptop beserta modemnya untuk main facebook. Aku merasa ada yang berbeda pada akun facebooku hari ini. Seseorang menandai aku gambar persimpangan jalan.
“kurang ajar neh orang dia pikir aku orang tersesat.?” Gerutu ku dalam hati.
Pukul 2 siang perasaanku semakin tak menentu. Semakin gelisah tak ada sebab. Aku tak tau mengapa ini bisa terjadi.
Ku berjalan kedepan rumah yang ku dengar kicauan burung burung dalam sangkar indah milik abangku. Kicauan merdu itu semakin membuatku bertanya tanya “apa yang salah denganku seolah olah aku datang burung burung itu bersuara semua.?” Kataku dalam hati di penuhi kepanikan.
Mendengar peristiwa itu aku masuk ke dalam ruang tamu,aku mulai tersadar pasti akan ada sesuatu yang akan terjadi padaku. Hatiku bertambah risau tak menentu.
Jam dinding depan pintu menunjukan pukul setengah 4 sore. Kulihat ayah menyiapkan pupuk buat padi di sawah milik keluargaku.
“mau kemana pak” tanyaku pada bapakku
“ke sawah nak sudah waktunya beri pupuk untuk padi kita”  jawabnya
Hatiku makin gak karuan mendengar suara ayahku. Ingin rasanya aku mencegah beliau untuk pergi ke sawah. Dengan berbagai alasan aku mencegahnya.
            “pak, motornya aku pakai buat ngeprint tugas aku di sadar” ujarku
            “oh ya pakai aja” jawabnya
Tetapi ayahku tetap saja pergi ke sawah dan aku biarkan pikirku tak akan terjadi apa apa saat beliau bekerja.
            Pukul 5 sore aku melihat ayahku memegah dadanya dengan nafas tersendat sendat.
            “ya allah inikah pertanda yang kau berikan semenjak bangun tidurku tadi pagi”
Tak kebanyakan omong keluargaku langsung membawa ayahku ke rumah sakit terdekat. Dokter mengatakan bahwa ayahku terkena serangan jantung dan harus di rawat inap di rumah sakit. Menit demi menit keadaan ayahku semakin kritis. Perasaanku semkin tak menentu, dadaku berdetak tak karuan. Aku tak sanggup melihat semua ini.
            “astagfirullah hal adzim” ber ulang ulang ku sebut kata kata indah itu de depan telingga ayahku.
Semua orang di sekelililingku menanggis, namun aku tak henti mengucapkan kata istigfar di depan telingga ayahku.
Jam 8 malam, 3 dokter khusus jantung di panggil untuk menyelamatkan ayah saya.
“adek yang sabar yach.......!!” ucap dokter jantung menemuiku.
Kering rasanya air mataku untuk menangisi peristiwa ini. Begitu cepat hal ini menimpa keluargaku. Ku lihat ibu dan abangku menanggisi kepergian ayah tuk selamanya. Namun ini adalah takdir tak ada yang mampu mencegahnya.
Aku menanggisinya ku peluk erat dan ku harap ini adalah mimpi belaka” Aku harus bangun.!.” namun sayangnya ini adalah kisah nyata yang harus aku terima.
Ku berjalan menyusuri lorong dan tangga rumah sakit. Pikiranku penuh dengan gambaran peristiwa hari ini. Aku tak perdulikan orang orang di sekitar rumah sakit yang menatapku tajam dengan persaan iba dan ter haru. Tak terasa air mataku jatu menetes mengalir di pipi. Aku risau, aku bimbang. Berharap keajaiban datang menghampiriku namun itu semu hanyalah hayalan belaka yang tak mungkin aku dapatkan.
Sesempainya dalam mobil honda jazz milik omku. Keluargaku menyambutku dengan tanggisan namun tanggisan itu tambah membuat hatiku bertambah risau. Tak tau berapa banyak tetesan air mata yang ku keluarga malam itu.
Sampai di rumah warga kampung memadati rumahku yang kecil dan munggil itu. Semua menatapku. Aku di peluk, di berikan kata kata indah di telinggaku namun itu semua tambah membuat aku sedih dan risau.
Ku ambil air wudlu dan kuambil al qur’an agar kesedihanku sedikit ter obati.
Jam demi jam aku membaca ayat ayat suci itu, hatiku mulai tenang. Tak tau sebabnya kenapa hal ini bisa terjadi.
            Pukul 4 pagi. Ku buka mata merahku dan ku basuh dengan dinginya air wudlu. Ku sembahkan sujudku pada allah. Dan aku maengatakan.
            “ aku ikhlas ya allah, aku ikhlas jikala engkau menggambil ayahku hari ini. Berikan dia tempat yang layak disismu. Sesungguhnya ini adalah takdirku maka aku rela menjalaninya.!” Derai air mata membasahi sujudku.
selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar