Sabtu, 15 September 2012
Minggu, 15 Juli 2012
cerpen
Cerpen
By. Saifudin smakgu.
Risau
Semenjak pagi itu kubuka mata kulihat indahnya hari jum’at pagi. Secepat
mungkin ingin ku injakan kakiku ke lantai dari tidur pulas ku tadi malam. Ingin
rasanya agar dapat segera kuhirup udara pedesaan yang segar dan asri.
Jum’at pukul 10 pagi kujalani kegiatan pertamaku dengan bersepada ria
sekitar kampung. Pagi begitu cerah tak seperti biasanya. Dalam hati kecilku
berkata apa yang berbeda pada hari ini,Cuaca seolah olah cerah tapi matahari
tak tampak karena tertutup awan. Tapi tak ku hiraukan semua itu ku nikmati
jum’at pagi ku dengan bahagia.
Menit berganti jam, aku semakin heran dengan perasaanku pagi ini. Aku
seperti berada di dalam lautan pasir tak tau arah kemana aku harus pulang, tak
tau apa yang harus aku laukukan.
###
“Tuhan, apa yang engkau ingin tunjukan
kepadaku, jangan engkau buat aku membuat beribu ribu pertanyaan atas
kegelisahanku ini.” Kataku dalam hati.
Oh ya sekarang hari jum’at mungkin dengan sholat jum’at hatiku bisa jauh
lebih tenang dari pada hari ini.! Ujarku dalam hati. Segera ku persiapkan baju
koko putih,peci serta sarung biru kesanyanganku pemberian ayah.
Segera aku mandi dan mensucikan diriku. Berganti baju yang telah aku
persiapkan sebelumnya. Setelah selesai aku memandangi cermin dan bertanya pada
diriku sendiri. “ tuhan betapa sempurnanya ciptaanya dengan pakaian seperti
ini” sambil tersenyum.
Adzan jum’at telah berkumandang segera aku berangkat ke masjid dekat
rumahku. Aku menggambil saff terdepan. Tak seperti biasanya,padahal tiap kali
sholat jum’at aku selalu berada dalam ekor masjid. Hari ini begitu aneh, ada
yang berubah pada diriku. Apa karena tadi pagi aku lewati kuburan dekat toko
h.tukin? “ah gag mungkin” benakku dalam
hati.
Selesainya sholat jum’at aku pulang,seperti biasanya sesampainya di
rumah tv kunyalan serta laptop beserta modemnya untuk main facebook. Aku merasa
ada yang berbeda pada akun facebooku hari ini. Seseorang menandai aku gambar
persimpangan jalan.
“kurang ajar neh orang dia pikir aku orang tersesat.?” Gerutu ku dalam
hati.
Pukul 2 siang
perasaanku semakin tak menentu. Semakin gelisah tak ada sebab. Aku tak tau
mengapa ini bisa terjadi.
Ku berjalan kedepan rumah yang ku dengar kicauan burung burung dalam
sangkar indah milik abangku. Kicauan merdu itu semakin membuatku bertanya tanya
“apa yang salah denganku seolah olah aku datang burung burung itu bersuara
semua.?” Kataku dalam hati di penuhi kepanikan.
Mendengar peristiwa itu aku masuk ke dalam ruang tamu,aku mulai tersadar
pasti akan ada sesuatu yang akan terjadi padaku. Hatiku bertambah risau tak
menentu.
Jam dinding depan pintu menunjukan pukul setengah 4 sore. Kulihat ayah
menyiapkan pupuk buat padi di sawah milik keluargaku.
“mau kemana pak” tanyaku pada bapakku
“ke sawah nak sudah waktunya beri pupuk untuk padi kita” jawabnya
Hatiku makin gak
karuan mendengar suara ayahku. Ingin rasanya aku mencegah beliau untuk pergi ke
sawah. Dengan berbagai alasan aku mencegahnya.
“pak, motornya aku pakai buat
ngeprint tugas aku di sadar” ujarku
“oh ya pakai aja” jawabnya
Tetapi ayahku tetap
saja pergi ke sawah dan aku biarkan pikirku tak akan terjadi apa apa saat
beliau bekerja.
Pukul 5 sore aku melihat ayahku
memegah dadanya dengan nafas tersendat sendat.
“ya allah inikah pertanda yang kau
berikan semenjak bangun tidurku tadi pagi”
Tak kebanyakan omong keluargaku langsung membawa ayahku ke rumah sakit
terdekat. Dokter mengatakan bahwa ayahku terkena serangan jantung dan harus di
rawat inap di rumah sakit. Menit demi menit keadaan ayahku semakin kritis.
Perasaanku semkin tak menentu, dadaku berdetak tak karuan. Aku tak sanggup
melihat semua ini.
“astagfirullah hal adzim” ber ulang
ulang ku sebut kata kata indah itu de depan telingga ayahku.
Semua orang di sekelililingku menanggis, namun aku tak henti mengucapkan
kata istigfar di depan telingga ayahku.
Jam 8 malam, 3 dokter khusus jantung di panggil untuk menyelamatkan ayah
saya.
“adek yang sabar yach.......!!” ucap dokter jantung menemuiku.
Kering rasanya air mataku untuk menangisi peristiwa ini. Begitu cepat
hal ini menimpa keluargaku. Ku lihat ibu dan abangku menanggisi kepergian ayah
tuk selamanya. Namun ini adalah takdir tak ada yang mampu mencegahnya.
Aku menanggisinya ku peluk erat dan ku harap ini adalah mimpi belaka”
Aku harus bangun.!.” namun sayangnya ini adalah kisah nyata yang harus aku
terima.
Ku berjalan menyusuri lorong dan tangga rumah sakit. Pikiranku penuh
dengan gambaran peristiwa hari ini. Aku tak perdulikan orang orang di sekitar
rumah sakit yang menatapku tajam dengan persaan iba dan ter haru. Tak terasa
air mataku jatu menetes mengalir di pipi. Aku risau, aku bimbang. Berharap keajaiban
datang menghampiriku namun itu semu hanyalah hayalan belaka yang tak mungkin
aku dapatkan.
Sesempainya dalam mobil honda jazz milik omku. Keluargaku menyambutku
dengan tanggisan namun tanggisan itu tambah membuat hatiku bertambah risau. Tak
tau berapa banyak tetesan air mata yang ku keluarga malam itu.
Sampai di rumah warga kampung memadati rumahku yang kecil dan munggil
itu. Semua menatapku. Aku di peluk, di berikan kata kata indah di telinggaku
namun itu semua tambah membuat aku sedih dan risau.
Ku ambil air wudlu dan kuambil al qur’an agar kesedihanku sedikit ter
obati.
Jam demi jam aku
membaca ayat ayat suci itu, hatiku mulai tenang. Tak tau sebabnya kenapa hal
ini bisa terjadi.
Pukul 4 pagi. Ku buka mata merahku
dan ku basuh dengan dinginya air wudlu. Ku sembahkan sujudku pada allah. Dan aku
maengatakan.
“ aku ikhlas ya allah, aku ikhlas
jikala engkau menggambil ayahku hari ini. Berikan dia tempat yang layak
disismu. Sesungguhnya ini adalah takdirku maka aku rela menjalaninya.!” Derai air
mata membasahi sujudku.
selesai
Selasa, 26 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)